Dibalik
Penyinggungan Laut Cina Selatan dan Terorisme oleh Amerika Serikat dalam Pertemuan Negara - Negara ASEAN
(dokumentasi from VOA Indonesia)
Menyambut tahun 2016, negara - negara ASEAN nampaknya
sudah benar – benar yakin akan penyelenggarakan masyarakat ekonomi ASEAN yang
awalnya direncanakan mulai berlaku pada awal 2015 dan pada akhirnya telah
disahkan tepat pada hari minggu (22/11) dengan ditandatanganinya persetujuan bersejarah
tersebut. Persetujuan yang disebut Deklarasi Kuala Lumpur itu menciptakan
masyarakat ekonomi ASEAN, yang memungkinkan gerakan perdagangan dan modal yang
lebih bebas di kawasan yang berpenduduk 625 juta orang dengan jumlah produk
domestik bruto $2,6 triliun (voaindonesia.com).
Adanya
hubungan kerjasama dan program yang dibuat oleh negara – negara di ASEAN ini adalah
kerjasama yang memiliki misi untuk membangun perekonomian negara – negara di
Asia Tenggara agar dapat bersaing dengan negara lain terutama para negara maju.
Dalam Deklarasi Kuala Lumpur tersebut juga ikut hadir Presiden Amerika Serikat
Barack Obama sebagai tamu undangan sekaligus ikut menjadi saksi atas komitmen
dan persetujuan yang dibuat oleh 10 negara yang tergabung dalam ASEAN. Tentu kehadiran
Obama pada pertemuan tersebut mampu membuat kita penasaran, kepentingan apa
lagi yang ingin dicapai oleh Amerika Serikat yang diwakili melalui presidennya
yang hadir dalam agenda resmi yang dibuat oleh negara – negara ASEAN tersebut.
Dari situasi
ini, penulis mencoba menganalisa apa yang menjadi kepentingan utama Barack
Obama dalam pertemuannya dengan negara – negara di ASEAN tersebut. Jika kita
telaah lagi, dalam pertemuan ini Barack Obama sempat menyinggung tentang isu
terorisme dan juga isu konflik laut Cina Selatan. Tentu ini merupakan hal yang
sangat menarik. Karena jika berbicara tentang kedua hal tersebut hal ini sangat
berkaitan erat dengan keterlibatan Amerika didalamnya. Mulai dari permasalahan
teroris yang sebenarnya sudah banyak yang mencurigai keterlibatan Amerika Serikat
dalam kasus ini jika di hubungan dengan Islamic
State Of Iraq Syria atau yang biasa disebut ISIS. Menurut penulis pembahasan ini diangkat oleh Amerika karena
dalam rangka menarik simpatik dan meutupi kesalahan masa lalu dimana Amerika-lah
pelopor pembentukan ISIS dan juga ikut dalam pendanaan perangkat militer. Walaupun
saat ini ISIS justru balik menyerang Amerika dan Amerika menyatakan tidak lagi
ikut dalam pendanaan militer ISIS, tentu kita seharusnya tidak bisa mempermudah
dan mempercayainya karena tidak ada yang tahu bahwa pembentukan ISIS oleh
Amerika dan penyerangan balik ISIS terhadap Amerika bisa jadi adalah sebuah scenario
yang sudah disusun rapi demi mendapatkan perhatian dunia Internasional dan juga
pencapaian kepentingan tertentu.
Kembali
lagi pada permasalahan penyinggungan dua hal penting yang disampaikan oleh
Presiden Amerika Barack Obama dalam pertemuan ASEAN di Malaysia tersebut
seperti yang disampaikan oleh penulis sebelumnya, selain masalah teroris, Obama
juga menyinggung masalah Laut Cina Selatan. Menurut pendapat penulis hal ini
juga tak lain merupakan langkah yang digunakan oleh Aerika Serikat untuk
menarik simpatik negara – negara di ASEAN tentang kepeduliannya terhadap
konflik laut Cina Selatan. Hal ini karena terdapat dua negara yang sedang terlibat konflik dan meminta bantuan Amerika dalam
penyelesaian masalah tersebut yaitu Vietnam dan Filiphina. Akibatnya Amerika
pun dengan senang hati ikut masuk dalam konflik yang melibatkan negara musuh Amerika
yaitu China.
Dibalik
semua taktik yang diperlihatkan oleh Amerika ini menurut penulis jelas mampu
membuka otak kita untuk berfikir lagi, untuk apa sebenarnya Amerika menarik
simpatik negara – negara di Asia Tenggara tersebut? Logikanya adalah ASEAN
telah melakukan penandatanganan tentang penyelenggaraan Masyarakat Ekonomi
ASEAN. Dimana program ini seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya merupakan upaya
untuk meningkatkan perekonomian negara – negara di Asia Tenggara. Jika diteliti
lagi, keberhasilan yang mungkin akan dicapai dari program ini akan sangat baik
karena walaupun masih banyak negara – negara yang menyatakan belum siap,
setidaknya program ini mampu meningkatkan kesiapan dari masing – masing negara
dibidang apapun baik itu sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang
paling utama. Dan jika semua aspek telah siap, MEA pun berjalan sesuai rencana
maka perekonomian negara – negara di Asia Tenggara akan maju dan dapat dipastikan
walaupun sulit untuk menyaingi negara – negara Barat, setidaknya
perekonomiannya bisa setara dengan negara – negara tersebut.
Kesempatan
itulah yang tidak ingin dilewatkan oleh negara Amerika Serikat. Ketika negara –
negara di Asia Tenggara ini mulai tumbuh sampai prosesnya pun setidaknya
Amerika harus berada dibelakang seakan – akan sebagai saksi dan penopang dari
pertumbuhan negara – negara ASEAN walaupuns sebenarnya mungkin menurut pendapat
penulis sikap Amerika ini adalah sikap dimana di satu sisi ia waspada akan
pertumbuhan ekonomi negara – negara di Asia Tenggara, disisi lain jika negara –
negara tersebut maju, maka dia hadir sebagai ibu dari negara – negara tersebut
dan setiap pergerakannya akan didukung oleh negara – negara Asia Tenggara ini.
Dari keterangan
penulis mencoba menganalisis kepentingan Amerika Serikat dalam penyampaian dan
penyebutannya tentang dua isu penting yang perlu dibahas dan menjadi kajian
negara – negara di Asia Tenggara walaupun memang benar dua isu tersebut
berkaitan erat dengan negara – negara di Asia Tenggara namun setidaknya sebelum
mempercayai, kita bisa menganalisis kembali agar tetap waspada karena hal ini
juga menyangkut keberlangsungan kehidupan negara tercinta, kehidupan berbangsa
dan bernegara, serta menyangkut kemajuan dari negara ini.