KTT G20 Tidak Selamanya Buruk
Forum 19 negara dan Uni Eropa melakukan pertemuan
rutin yang disebut dengan KTT G20 yang pada tahun ini berlangsung di Turki pada
hari minggu (15/11) kemarin mendapat banyak kicauan dari beberapa pihak baik
itu pemerintah maupun masyarakat. Hal ini karena adanya statement yang disampaikan oleh menteri kelautan dan perikanan Susi Pudjiastuti tentang kerugian yang
diterima oleh Indonesia sebagai anggota KTT G20 tersebut. Tentu ini menyebabkan
banyak kalangan yang awalnya tidak mengetahui tentang apa itu KTT G20 dan
bagaimana prospeknya terhadap Indonesia serta bagaimana peran Indonesia
didalamnya, membuat mereka mencari tahu lebih dalam tentang semua aspek yang
berkaitan denagn hal tersebut. Tentu ini baik bagi masyarakat yang masih ingin
mencari kebenaran tentang keberadaan Indonesia dalam KTT G20 apakah berdampak
baik atau buruk karena dengan cara itu masyarakat bisa terlatih untuk menjadi
masyarakat yang cerdas dalam menilai kebijakan pemerintah. Namun yang
ditakutkan adalah jika statement yang
keluar dan tersebar justru malah menjadi acuan buruk serta salah diartikan dan mudah dipercaya oleh
masyarakat luas.
Kembali
ke permasalahan awal, berbicara tentang KTT G20, seharusnya kita mengetahui
terlebih dahulu seberapa pentingkah pertemuan tersebut, dan seberapa besarkah
potensi yang didapat berkaitan dengan perubahan ekonomi? Disini penulis mencoba
mengutip dari media www.bbc.com yang telah merangkum sejumlah fakta tentang KTT G20,
diantaranya :
- G20 adalah singkatan dari "Group of Twenty" atau "Kelompok 20" yang mewakili dua per tiga populasi, memproduksi 85% produk domestik bruto (PDB) dunia, dan menguasai 75% perdagangan dunia. Teorinya adalah semakin semakin sedikit pihak yang mengambil keputusan, semakin besar dampak positif yang bisa ditimbulkan.
- Kelompok ini dibentuk 1999 dan pertemuan diadakan tiap tahun. Awalnya G20 hanya dihadiri oleh menteri keuangan dan gubernur bank sentral untuk mengamati krisis finansial Asia. Namun forum ini berkembang dan dihadiri juga oleh para kepala negara pada 2008, setelah krisis finansial global terjadi.
- Forum G20 bertujuan untuk memperdalam kerja sama ekonomii dan memperkuat ekonomi global. Anggotanya adalah 19 negara (termasuk AS, Cina, Rusia, Arab Saudi, India, Indonesia, dan lainnya) serta Uni Eropa.
- Dalam tiap pertemuan, negara penyelenggara juga mengundang sejumlah negara-negara non-G20 untuk ikut serta. Untuk 2014, Australia mengundang Spanyol, Mauritania, Myanmar, Senegal, Selandia Baru, dan Singapura.
- Indonesia sendiri telah menjadi anggota sejak 2009 dan tidak pernah absen mengikuti forum tahunan ini. Ekonom mengatakan keikutsertaan dalam G20 penting bagi Indonesia untuk mencari mitra.
Dari
beberapa fakta diatas penulis menyimpulkan bahwa G20 memiliki nilai plus tersendiri dikarenakan adanya
itikad baik dari berbagai negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang besar
untuk bersama – sama berbagi pengalaman, dan membicarakan isu ekonomi global
serta mencari solusi bersama ataupun mencari cara untuk mencegah hal buruk yang
akan terjadi dalam bidang ekonomi. Menurut mantan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, keanggotaan Indonesia dalam G20 merupakan sebuah kebanggaan
tersendiri karena Indonesia telah dianggap mampu sejajar dengan negara – negara
besar lainnya yang memiliki standar perekonomian tinggi. Walaupun penulis
mengakui Indonesia masih sangat tertinggal jauh dari negara – negara lainnya
yang menjadi anggota G20, tetapi setidaknya kita bisa mengambil poin baik dari
posisi tersebut yaitu memperbanyak mitra kerja.
Pada
poin terakhir dalam fakta mengenai G20 diatas, menyatakan bahwa para ekonom
berpendapat tentang “keikutsertaan Indonesia dalam G20 penting karena untuk
mencari mitra” (bbc.com). Hal ini benar karena menurut penulis, bagaimanapun juga
walaupun Indonesia merupakan negara terkaya didunia dengan sumber daya alam
yang melimpah namun jika tidak memiliki mitra kerjasama itu sama saja bohong.
Maka Indonesia hanya bisa jalan ditempat dan tidak bisa berkembang lebih maju
lagi. Tentu bukan itulah yang kita harapkan sebagai masyarakat yang mencintai
tanah airnya. Kita pasti menginginkan Indonesia yang maju selaras dengan nilai
budaya dan ideologi kita.
Berkaitan
dengan adanya ketidaksepakatan tentang keanggotan Indonesia dalam forum KTT G20
tersebut jika ditinjau dari apa yang disampaikan oleh menteri Susi Pudjiastuti
tentang kerugian yang dialami Indonesia dibidang perikanan semasa
keterlibatannya dalam G20 seperti contoh “ekspor Tuna Indonesia mencapai USD
700 juta. Indonesia tidak dapat kemudahan zero persen tarif dan harus membayar
tarif 14 persen dengan nilai USD 105 juta” (www.Merdeka.com), menurut penulis, hal ini dikarenakan kesepakatan
yang dilakukan oleh pihak dari Indonesia itu sendiri dalam forum tersebut.
Bukan berarti keberadaan Indonesia dalam G20 adalah sesuatu yang buruk. Karena
bisa jadi dengan cara seperti itu Indonesia bisa membangkitkan optimisme
terhadap pembangunan ekonominya.
Ketika
Indonesia bergabung dan mensejajarkan diri dalam G20 dengan negara – negara
besar lainnya berarti Indonesia sudah siap menjadi negara yang berhasil dalam
perekonomian. Sehingga motivasi untuk meningkatkan perekonomian, motivasi untuk
meningkatkan pembangunan agar benar – benar sejajar dengan negara lainnya dalam
G20 menjadi kenyataan dikarenakan belajar dan bermitra dengan negara – negara
anggota lainnya baik itu solusi permasalahan ekonomi, metode pembangunan
ekonomi, ataupun trik pencapaian ekonomi Indonesia yang unggul. Dan pada
akhirnya statement tentang
keikutsertaan Indonesia dalam G20 hanya sebagai “penggembira saja” yang tidak
memiliki pengaruh kuat dalam setiap keputusan yang dihasilkan mampu ditepis
dengan keberhasilan yang diraih Indonesia dimasa depan karena pengalaman kerjasama KTT G20.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar