Dream is Free

be yourself and be the best to all

Sabtu, 21 November 2015

Opini

MNC : Pahlawan atau Musuh ?
Kehadiran perusahaan – perusahaan MNC (multinational corporation) dalam sebuah negara tentu sudah tidak dapat dipungkiri lagi terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Keberadaannya yang selalu dipuja – puja membuat kita lupa akan keadaan yang sebenarnya. Betapa tidak, pemerintah Indonesia sangat berbangga hati karena banyak perusahaan MNC yang hadir di Indonesia yang katanya ikut membantu Indonesia dalam menambah lapangan pekerjaan dan juga menopang perekonomian Indonesia. Tentu bagi kita yang sudah tahu bagaimana wujud nyata perusahaan – perusahaan MNC yang ada di negara – negara berkembang khususnya Indonesia, hal yang sedemikian rupa merupakan sebuah fenomena yang sangat menyedihkan karena jika kita melihat kenyataan yang ada yaitu eksploitasi alam dan buruh yang dilakukan oleh perusahaan – perusahaan tersebut secara besar – besaran sungguh seharusnya mampu membuka mata kita dari ketidaktahuan yang mampu menjerumuskan kita kedalam kebodohan.
            Negara berkembang seperti Indonesia memang benar tidak bisa menghindari keberadaan perusahaan – perusahaan MNC untuk ikut mencampuri urusan perekonomian Indonesia tetapi setidaknya juga Indonesia tidak harus berpura – pura untuk tidak mengetahui kekejaman dan kerugian yang dialami negara ini. Contoh dekatnya adalah PT Freeport yang sebenarnya pemerintah sendiri sudah mengetahui kerugian yang diterima Indonesia akibat keberadaan perusahaan AS tersebut. Eksploitasi kekayaan alam Papua secara habis – habisan mampu benar – benar memperlihatkan bahwa negara kita Indoesia adalah negara terbodoh karena sudah mengetahui kerugian tetapi justru memperpanjang kontrak karya sampai tahun 2041.
Selain PT Freeport, masih banyak lagi perusahaan – perusahaan MNC lain yang sungguh mampu membunuh bukan hanya perekonomian Indonesia tetapi bisa jadi membunuh secara perlahan warga negara Indonesia yang bekerja sebagai buruh. Perusahaan yang memproduksi barang – barang yang berlabelkan AS tersebut  tak tanggung – tanggung berani mengeksploitasi buruh Indonesia dengan memberikan pekerjaan hampir 24 jam penuh bekerja dengan gaji yang sangat minim. Tentu bukan ini yang kita harapkan. Dan bukanlah inilah yang namanya sebuah kemajuan. Justru keadaan ini adalah titik awal kelumpuhan perekonomian Indonesia dan awal keruntuhan nilai – nilai sosial serta budaya Indonesia.
Perusahaan – perusahaan MNC seharusnya mampu membantu mengangkat industri – industri kecil yang ada di Indonesia menurut penulis justru membunuh dan menghancurkannya dengan sangat kejam. Sepertinya tidak ada sedikit pun kontribusi baik yang diberikan oleh perusahaan – perusahaan tersebut kepada negeri ini. Tapi entah kenapa pemerintah dan kebijakan yang ada justru membiarkan hal seperti ini terjadi. Atau mungkin mereka para pengendali kebijakan adalah bagian dari perusahaan – perusahaan tersebut sehingga bukan lagi negara yang harusnya memberikan aturan main dan harus diikuti oleh MNC, tetapi justru aturan main MNC – lah yang harus diikuti oleh negara dan warganya. Seperti disebuah perusahaan yang ada di Jakarta. Kode etik yang biasanya terdapat dalam sebuah perusahaan, hamper tidak pernah diperlihatkan dan diberlakukan sehingga perusahaan mengeluarkan aturan dan ketentuan yang tidak sewajarnya dan tidak mempertimbangkan nilai – nilai kemanusiaan bagi para buruh yang notabene adalah warga negara Indonesia.   
Mungkin tidak semua perusahaan MNC berlaku curang terhadap negeri ini, ada beberapa yang ikut membantu memberikan kontribusi mereka terhadap bangsa ini berupa beasiswa kepada pelajar - pelajar Indonesia. Namun itu hanya sebagian kecil dari banyaknya perusahaan MNC yang ada di Indonesia yang mampu menurunkan optimisme kita terhadap kemajuan perekonomian, sumber daya manusia, maupun kemajuan negara ini sehingga hal ini juga mengingatkan untuk tidak berlaku naif walaupun kita sebagai bangsa yang terlahir dengan watak dan kepribadian yang apa adanya dan selalu berprasangka baik terhadap orang lain, tentu pada situasi ini kita harus memutar 180 derajat otak kita untuk memikirkan dan menganalisis isu – isu yang menyangkut kesejateraan dan kelangsungan hidup bangsa ini.
Memang benar adanya situasi ini merupakan kemajuan bagi kaum kapitalis. Dimana hanya mereka yang memiliki modal besar yang mempu berkuasa bahkan mampu mengendalikan perpolitikan suatu negara. Inilah yang terjadi di negeri tercinta Indonesia dimana kesetaraan dan kepemilikan hak yang sama sebagai warga negara sudah tidak ada lagi. Yang ada hanya perbedaan dan diskriminasi oleh mereka para kaum borjuis terhadap kaum proletar. Dimana mereka yang kaya dan berkuasa bertambah menjadi lebih berkuasa, dan mereka yang miskin justru semakin miskin dan tidak berdaya. Bukan suatu hal yang baru tetapi justru ini adalah suatu kewajaran bagi mereka yang percaya tentang adanya teori Marxisme yang mengatakan bahwa pertumbuhan kapitalisme adalah suatu kemajuan bagi para pelaku – pelaku perekonomian hal ini diperlihatkan dengan cara bagaimana kapitalisme mampu menghancurkan hubungan produksi yang bahkan lebih eksploitatif dengan para buruh – petani dalam kondisi yang menyerupai perbudakan (Jackson dan Sorensen, 1999 : 239).

Bagi negara kesatuan seperti Indonesia yang dibangun dengan pondasi serba gotong royong, keselarasan, satu jiwa, satu rasa, dan satu Indonesia tentu bukan ini yang kita harapkan. Tetapi bagaimana lagi ketika nasi sudah menjadi bubur. Perusahaan – perusahaan MNC pun sudah menjamur. Masyarakat Indonesia yang bekerja sebagai buruh pun sudah menyandarkan diri mereka pada pada pundak yang justru semu. Sehingga kita sebagai rakyat kecil hanya bisa tunduk pada aturan mereka orang – orang yang berkuasa dan kaya yang justru melanggar aturan itu sendiri. Aturan yang justru memperlihatkan kesenjangan dan perbedaan yang sangat berarti serta memberikan batas pemisah yang nyata antarkelas sosial dan juga ikut menentukan sikap politik yang bukan pro rakyat. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar