Motif dibalik
Hibah TFCA (Trofical Forest Conservation Act)
Masalah perubahan iklim yang ekstrim
dan pemanasan global merupakan masalah serius yang dihadapi oleh seluruh negara
bagian manapun didunia ini. Karena hal ini berhubungan dengan kelangsungan umur
bumi yang kita tempati dan secara langsung berhubungan dengan kelangsungan
hidup manusia dimuka bumi ini. Berbagai upaya pun juga telah dilakukan oleh
masyarakat Internasional untuk menjaga bumi dari kerusakan apapun. Termasuk pengurangan
emisi gas rumah kaca dan melakukan konservasi hutan agar tetap dapat melindungi
bumi ini dari kehancuran.
Dunia internasional telah
meluncurkan banyak program terkait tentang penanganan masalah lingkungan. Program
– program tersebut melibatkan banyak unsur baik itu organisasi pemerintah maupun NGO. Bukan hanya itu, terdapat pula kerjasama
bilateral yang menangani masalah yang berkaitan dengan lingkunan. Contohmya yang
sudah dijalani oleh Indonesia dan Amerika. Kerjasama dibidang konservasi hutan
ini tentu sangat membantu Indonesia dan juga Amerika. Kerjasama ini disebut
dengan TFCA atau trofical forest
conservation act yaitu dimana program ini dibuat untuk melindungi dan
melestarikan hutan – hutan tropis yang ada di Indonesia dari pembalakan liar
dan kejahatan yang mengancam kelangsungan hidup keanekaragaman hayati di hutan.
Bagi Indonesia ini adalah kerjasama
yang sangat baik karena selain bermanfaat bagi negara di masa depan, sebagai
upahnya Indonesia diberikan hibah dari
setiap perpanjangan program ini. Hibah yang diberikan Amerika pun berbeda
nominal disetiap waktu. Pada saat konservasi hutan Sumatra, Amerika memberikan
hibah senilai 30 juta dollar AS (Okezone.com), dan pada saat konservasi hutan
di Kalimantan, Amerika memberikan hibah senilai 28,5 juta dollar AS (indonesian.jakarta.usembassy.gov).
Tentunya pemberian dana hibah ini bukan berbentuk cash tetapi dalam bentuk pemotongan hutang Indonesia kepada
Amerika. Jelas ini merupakan hal yang bisa membuat Indonesia bernafas tenang
walaupun hutang masih banyak. Tetapi setidaknya dapat dicicil dengan hal yang
merupakan kewajiban bagi Indonesia yaitu merawat hutan yang merupakan sumber
kehidupan di Indonesia.
Kerjasama TFCA sendiri menurut
penulis ini sangat membantu Indonesia dibeberapa aspek yang kemungkinan sulit
untuk ditangani. Sepertinya semua manfaat dari kerjasama ini hanya
menguntungkan Indonesia saja. Padahal kita semua tahu bahwa Amerika tidak
mungkin mau melakukan kerjasama dan bukan hanya Amerika tapi negara – negara di
dunia ini selalu memikirkan keuntungan yang diperoleh negaranya sebelum
melakukan kerjasama. Jika semua manfaat dan keuntungan dari program TFCA hanya
menguntungkan Indonesia, lalu apa yang diterima oleh Amerika. Karena jika
dianalisis kembali, Amerika sebagai
negara super power selalu
memperhitungkan keuntungan dari setiap kerjasamanya dengan negara lain.
Kita bisa saja menyebut program TFCA
sebagai program baik hati dari Amerika kepada Indonesia karena telah memberikan
hibah dana untuk membayar hutang sebagai jaminan Indonesia melakukan konservasi
hutan yang ada di Indonesia. Namun kita juga tidak boleh menutup otak kita dari
pemikiran adanya kepentingan yang terselubung dalam kerjasama ini. Kepentingan Amerika
dalam menjalankan program TFCA ini. Karena didalam hubungan Internasional
kerjasama antar negara adalah omong kosong jika hanya menguntungkan satu negara
saja, atau tidak adanya kepentingan tertentu didalamnya. Sungguh naif jika kita
mudah percaya begitu saja. Ada baiknya kita meneliti dan menganalis lebih dalam
lagi tentang kepentingan dibalik ini semua.
Amerika sendiri merupakan salah satu
negara industry terbesar didunia. Bagi setiap negara industry, kepentingan
untuk memajukan negaranya dan memajukan perindustrian adalah hal yang paling
utama. Karena itu semua adalah pendukung kekuatan dan posisi mereka sebagai
negara adi daya dan adi kuasa. Sehingga mereka siap melakukan apapun untuk
mempertahankan dan meningkatkan kemampuan industry mereka termasuk memanfaatkan
negara – negara dunia ketiga.
Jika kita putar kembali, yang
dimaksud penulis disini adalah sebenarnya seluruh negara – negara didunia telah
memiliki kesepakatan tentang penyelamatan bumi dari perubahan iklim dan
pemanasan global. Kesepakatan yang didapat adalah setiap negara di dunia
terutama negara industry besar harus mengurangi emisi gas rumah kaca dalam setiap
tahunnya. Kesepakatan ini dituangkan dalam perjanjian yang disebut protocol Kyoto dengan ketentuan
mengurangi tingkat emisi rata – rata 5,2 % dibawah level 1990 pada tahun 2008
hingga 2012 (www.bappebti.go.id) yang
secara otomatis negara – negara industry didunia tanpa terkecuali harus
mengikuti ketentuan tersebut karena ini berhubungan dengan kelangsungan hidup
manusia di bumi dan juga ini merupakan kesepakatan bersama. Lalu apa
hubungannya dengan kepentingan Amerika dalam program TFCA terhadap Indonesia?
Pada kasus ini, penulis mencoba menganalisis
dan berpendapat sesuai dengan realitas yang ada, jika setiap negara di dunia
ini tanpa terkecuali mengurangi harus mengurangi gas emisi rata – rata 5,2%
sedangkan seperti yang penulis jelaskan sebelumnya, negara industry besar
seperti Amerika akan berusaha dengan cara apapun mempertahankan kekuatan
industrinya sebagai penopang posisi dan kekuasaannya dikancah Internasional. Sehingga
bisa dikatakan, Amerika siap bekerjasama dalam rangka konservasi hutan di
Indonesia adalah bisa jadi untuk menghilangkan tanggungan pengurangan gas emisi
rumah kaca seperti yang sudah disepakati terlebih dahulu dalam protocol Kyoto dengan alasan Amerika
adalah negara Indusrti yang tidak mungkin mengurangi emisi gas rumah kaca
karena negara industry adalah negara yang selalu bergulat dengan apa yang disebut
dengan gas rumah kaca.
Pendapat penulis diatas bisa
dibilang masuk akal atau pun berlebihan, tetapi kita tidak akan pernah tahu
kepentingan dibalik perjanjian yang dilakukan oleh setiap negara di dunia ini
terutama negara – negara maju yang bekerjasama dengan negara – negara berkembang.
Yang jelas tidak ada perjanjian yang hanya menguntungkan satu pihak apalagi itu
hanya menguntungkan negara berkembang saja terhadap negara maju. Pastinya kedua
pihak harus mendapatkan untung yang sama atau bahkan buruknya salah satu
memiliki untung yang besar. Itulah kehidupan yang ada di dunia ini yang
merupakan kenyataan yang harus diterima dan tidak bisa dipungkiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar